Salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat Jakarta dan
Indonesia pada umumnya adalah semakin besarnya kesenjangan sosial dan
ekonomi.
Kesenjangan itu tak obahnya hukum kehidupan (sunnatullah), di mana
manusia seolah-olah tidak bisa keluar dari lingkaran itu, sehingga makin
lama semakin besar kesenjangan.
Pada hal manusia diberi tenaga, fikiran dan akal sehat untuk
mengatasi dan memecahkan kesenjangan. Bukan menyerah apalagi pasrah
terhadap kesenjangan yang terjadi.
Kesenjangan berasal dari kata senjang, yang padanan maknanya ialah ketimpangan, kontradiktif, gap, divergen, jurang, ketidakseimbangan, dan ketidaksimetrian.
Kesenjangan banyak sekali macamnya seperti kesenjangan sosial,
kesenjangan ekonomi, kesenjangan budaya, kesenjangan gender, kesenjangan
pendapatan, kesenjangan informasi, kesenjangan harga dan lain
sebagainya.
Pembangunan sejatinya untuk mengurangi dan bahkan untuk menghilangkan
kesenjangan. Akan tetapi dalam banyak hal, justeru pembangunan
melahirkan kesenjangan antar orang dan kelompok masyarakat, antar
golongan, kesenjangan antar kota dan desa, kesenjangan antar kawasan
atau wilayah dan lain sebagainya.
Pembangunan Ekonomi
Pembangunan di masa Orde Baru telah menciptakan kemajuan dan ketidakadilan. Melalui UU Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), ekonomi Indonesia dibangun.
Pembangunan di masa Orde Baru telah menciptakan kemajuan dan ketidakadilan. Melalui UU Penanaman Modal Asing (PMA) dan UU Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), ekonomi Indonesia dibangun.
Dengan menggunakan teori “membangun kue besar” untuk mewujudkan
“trickle down” (menetes ke bawah) ke masyarakat luas hasil-hasil
pembangunan, pemerintah membangun ekonomi Indonesia dengan menggunakan
paling tidak lima strategi.
Pertama, investasi asing. Pemerintah mengundang para
penanam modal asing (investors) untuk menanamkan modalnya di Indonesia
dengan memberi kemudahan serta berbagai fasilitas dalam upaya mendorong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Kedua, investasi dalam negeri. Pemerintah membuka
kesempatan seluas-luasnya kepada pengusaha di dalam negeri dengan
berbagai kemudahan dan fasilitas untuk menanamkan modalnya di dalam
negeri.
Penanaman modal asing dan dalam negeri digenjot habis-habisan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Konsekuensinya, pembangunan
ekonomi semacam itu, hanya semakin memperkaya orang yang sudah kaya
dengan memberi tetesan ekonomi sedikit kepada masyarakat bawah yang
pada umumnya pribumi.
Sebabnya karena yang bisa berpartisipasi (ikut serta) dalam
pembangunan, hanya mereka yang sudah siap. Siapa mereka itu? Ialah
orang-orang China yang sejak zaman penjajahan sudah digolongkan sebagai
“Timur Asing” yang diberi peluang bergerak di dunia bisnis. Selain itu,
para penjajah yang diundang ke Indonesia untuk menanamkan modalnya.
Ketiga, berutang. Strategi ketiga yang dipergunakan
untuk bisa membangun ialah dengan berutang. Sejak Orde Baru mulai
berkuasa tahun 1967, Indonesia sudah mulai berutang. Utang itu terus
berlanjut hingga sekarang di era Orde Reformasi. Maka tidak heran jika
utang Indonesia, sampai saat ini telah mencapai sekitar Rp 1.837
triliun.
Keempat, stabilitas. Untuk mengamankan jalannya
pembangunan ekonomi, maka stabilitas nasional dijadikan sebagai salah
satu trilogi pembangunan. Dengan strategi semacam itu, maka TNI
mengamalkan dwifungsi yaitu selain mengabdi dikesatuannya di TNI, juga
dikaryakan di birokrasi dan BUMN. Keamanan mendapat prioritas utama dan
siapa yang menciptakan instabilitas, maka akan dihadapi TNI. Setelah
reformasi, stabilitas keamanan diserahkan kepada polisi.
Kelima, pemerataan. Strategi lain yang dipergunakan
rezim Orde Baru ialah memberi perhatian pada pemerataan pembangunan,
disamping pertumbuhan dan stabilitas. Akan tetapi, strategi ini gagal
diwujudkan karena yang dapat maju dan bisa menikmati pertumbuhan
ekonomi yang tinggi, adalah mereka yang berpartispasi dalam pembangunan
(golongan asing (investor asing) golongan China (investors dalam
negeri), serta mereka mempunyai pendidikan menjadi pegawai swasta dan
pemerintah, memiliki skill (kepakaran), modal, jaringan dan ketrampilan
berusaha.
Golongan masyarakat bawah yang mayoritas pribumi tidak dapat
memanfaatkan momentum pembangunan karena tidak memiliki berbagai
persyaratan yang diperlukan untuk bisa berpartisipasi dalam pembangunan.
Akibatnya mereka terus terpuruk, seolah Tuhan telah menakdirkan mereka
menjadi bodoh, miskin dan terkebelakang (tertinggal).
Dampak Pembangunan
Pembangunan yang dilaksanakan di masa Orde Baru mempunyai sisi
positif dan sisi negatif. Adapun sisi positif telah membawa kemajuan
ekonomi dan melahirkan orang-orang yang luar biasa, yang pada umumnya
orang-orang China.
Sebagai contoh aktual ialah Lim Sioe Liong, yang meninggal 10 Juni
2012 di Singapura. Wartawan memberitakan bahwa rumah tempat tinggalnya
seluas 8.000 meter persegi dengan nilai Rp 1 triliun rupiah. Peti mati
untuk Lim Sioe Liong seharga 9.000 dollar Singapura atau 67,5 juta.
Sedangkan untuk menjamu para politisi, pengusaha serta diplomat dan
handai tolan yang datang dari China dan Jakarta, untuk memberi
penghormatan terakhir kepada beliau, perhari Rp 1,2 milyar perhari
Para konglomerat yang dibesarkan Presiden Soeharto dan rezim Orde
Baru, setelah terjadi reformasi mereka lari keluar negeri dengan membawa
uang dan harta yang dimiliki serta hasil jarahan dari BLBI sekitar 650
trilun.
Pemerintah Indonesia kemudian menyehatkan perbankan dan perusahaan
yang dijarah uangnya dan ditinggal lari pemiliknya serta
pemimpinnya keluar negeri. Setelah bank dan perusahaan itu sehat,
pemerintah menjualnya dengan harga murah kepada pihak asing yang tidak
jarang adalah bekas pemilik lama yang masuk ke Indonesia dengan memakai
bendera asing (investor asing).
Krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997 telah memberi berkah
kepada orang-orang kaya dari keturunan China karena uang mereka dibawa
lari ke Singapura dan mereka tinggal di negeri itu. Pelanggaran hukum
yang mereka lakukan tidak tersentuh sedikitpun, begitu juga perbuatan
korupsi, karena pemerintah Singapura melindungi mereka.
Dampaknya setelah terjadi reformasi, mereka semakin kaya, sementara
Indonesia harus menanggung beban utang yang luar biasa besar, dan
masyarakat bawah Indonesia terus terpuruk.
Kiat Bangkit
Masyarakat Indonesia yang selama ini masih terpuruk, tidak ada
pilihan lain kecuali bangkit dan maju. Untuk bisa bangkit dan maju,
maka kiatnya.
Pertama, menumbuhkan harapan. Harapan itu masih ada walaupun kesulitan menghimpit.
Kedua, harus ada kemauan keras untuk berubah dan maju.
Ketiga, beri beasiswa penuh kepada anak-anak miskin
supaya bisa melanjutkan pendidikan. Mereka yang diberi beasiswa harus
berhijrah ke provinsi lain dan memasuki pendidikan berasrama. Ini
penting untuk merubah budaya miskin yang dihinggapi orang-orang miskin.
Ini adalah strategi untuk memotong pewarisan kemiskinan.
Keempat, bentuk komisi beasiswa. Pembentukan komisi
beasiswa di tiap provinsi sangat penting karena untuk memutus lingkaran
kemiskinan yang sudah seperti lingkaran setan, hanya mungkin melalui
pendidikan. Untuk itu perlu ada komisi beasiswa yang dipimpin para tokoh
dari kalangan pendidikan, sosiolog, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Sumber dananya dari APBD, CSR dari perusahaan BUMN, BUMD dan perusahaan
swasta, , donatur dalam dan luar negeri.
Kelima, beri special treatment (perlakuan
istimewa) kepada masyarakat bawah dalam pembangunan ekonomi. ini kiat
untuk memecahkan masalah kesenjangan ekonomi yang luar biasa antara
orang kaya dan miskin. Mereka harus diberi tempat berusaha di mal-mal,
ditempat berusaha yang strategis, diberi izin usaha, dilatih berbisnis
dan mengelola bisnis,, diberi dorongan dan harapan, diberi modal usaha
dan modal kerja, dibina manajemen, dan dikontrol perkembangan usaha
mereka.
Kesimpulan
Kesenjangan adalah persoalan yang harus dihadapi dan dipecahkan.
Tidak boleh dibiarkan karena akan membawa negeri ini menjadi negara
gagal.
Pemecahan masalah kesenjangan harus dipelopori oleh diseluruh jajaran
pemerintah dan partisipasi seluruh masyarakat. Partispasi sangat
penting karena pada akhirnya yang menentukan berhasil tidaknya mengatasi
kesenjangan adalah masyarakat sebagai subyek pembangunan.
Kiat untuk bangkit mengatasi kesenjangan harus bermula dari
masyarakat yang memiliki harapan. Pemerintah kemudian mengapresiasi
harapan itu dengan menyediakan sarana dan prasana. Pemberian beasiswa
penuh kepada anak-anak miskin merupakan kiat untuk memecahkan
kesenjangan pendidikan dan sosial.
Kiat untuk mengatasi kesenjangan ekonomi harus ada special treatment
(perlakuan istimewa) terhadap masyakarat bawah yang berprofesi usaha
kecil dan mikro. Mereka harus diberi tempat berusaha yang strategis
seperti di mal, digedung-gedung atau jalan yang ramai didatangi
pembeli, mereka dibina, diberi modal kerja dan modal usaha, izin usaha,
dilatih kepakaran berusaha dan dilakukan kontrol secara rutin
mengetahui perkembangan usaha mereka. Jangan seperti sekarang dilepas
untuk bersaing bebas dengan para konglomerat dan perusahaan asing.
Sumber : http://musniumar.wordpress.com